MENYONGSONG ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (TRANSFORMASI DIGITAL)
REVOLUSI INDUSTRI
Industrialisasi
mempermudah pekerjaan dilakukan dan pada gilirannya mengurangi kelaparan
melalui ketersediaan makanan, memberikan ketersediaan akan kebutuhan pakaian,dan
kebutuhan akan tempat tinggal bagi sebagian kalangan tertentu. Alltit, 2014,
Revolusi Industri I
Revolusi Industri I
dimulai dari ditemukannya Mesin Uap oleh James Watt pada tahun 1764.Temuan ini
berdampak pada pekerjaan-pekerjaan dalam pembuatan produk yang biasanya dilakukan oleh
tenaga hewan dan kekuatan manusia, yang diperlengkapi dengan peralatan sederhana, kemudian beralih menggunakan mesin bertenaga
uap. Hasilnya, barang-barang dapat
diproduksi dalam waktu yang relatif singkat sehingga jumlahnya melimpah dengan
harga murah. Revolusi Industri I membawa peralihan
dari perekonomian berbasis pertanian menjadi
perekonomian berbasis industri. Hal ini menandai dimulainya Era Mekanisasi.
Revolusi Industri II
Revolusi Industri 2.0
diawali dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Faraday & Maxwell sehubungan
penggabungan kekuatan antara sistem magnetik dengan sistem elektrik yang
menggerakan mesin proses produksi serta
ditemukannya ban berjalan yang digunakan dalam proses perakitan di berbagai
industri, sehingga dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar (mass production). Lahirlah Era Elektrik.
Revolusi Industri III
Revolusi Industri 3.0
dimulai dari temuan internet dan komputer yang mempengaruhi pola komunikasi
dan peredaran informasi di masyarakat. Juga temuan robot yang menggantikan
tenaga kerja manusia dalam proses perakitan namun
masih dikontrol oleh human operators. Dengan
demikian, bergeser ke era otomatisasi.
Revolusi Industri IV
Revolusi Industri 4.0
terjadi ketika robot yang terkoneksi dengan sistem komputer, diperlengkapi
dengan machine learning algorithms yang dapat belajar dan mengontrol robot
itu sendiri tanpa input dari human operators yang
dikenal dengan istilah artificial intellegence
(AI).
Big Data dan Artificial
Intelegent
Sehubungan dengan Big
Data, Marr (2017:1-2) mengemukakan:
The term ‘big data’ refers to the collection of all
that data and our ability to use it to our
advantage across a wide range of areas, including business. Computers, and
particularly spreadsheets and data bases gaves us a
way to store and organize data on a large
scale, in an easily accessible way. Data today can cover everything from
spreadsheets to photos, videos, sound recordings,
written text and sensor data. Big data merekam semua data serta kegiatan yang
pernah dilakukan untuk kemudian memprediksi
apa yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan demikian, Big Data memiliki jelajah yang jauh melampaui jaringan media
sosial karena mempengaruhi hamper setiap
aspek kehidupan moderen. Marr (2017:8) mengungkapkan bahwa ada tiga area utama
dalam bisnis yang sangatmembutuhkan akses terhadap big data, yaitu:
1. Improving decision
making
2. Improving Operations
3. The Monetizing of data
Dengan adanya big data,
maka artificial intellegence kemudian dapat lebih dikembangkan lagi. Mirabito
dan Morgenstern (2004) mendefinisikan: Kecerdasan
buatan adalah suatu sistem berbasis komputer yang menduplikasi kemampuan paling penting manusia, yaitu berpikir dan
mencari sebab. Proses berpikir tersebut mengacu pada teknologi jaringan saraf
(neural network technology) yang berusaha
menyimulasi secara elektronik bagaimana otak memproses informasi melalui
jaringan saraf-saraf yang saling terhubung untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan.Mengolah big data menjadi informasi serta
dimanfaatkan dalam kecerdasan buatan merupakan
sebuah peluang yang disadari oleh beberapa perusahaan, Ketika machine learning
algorithme yang dikenal sebagai artificial intellegence-yang
telah diperlengkapi dengan sensor penerima input, perekam data kuantitatif
maupun kualitatif-yang senyatanya merupakan ciptaan
segelintir manusia super jenius tetap mampu
menpertahankan nilai-nilai kemanusiaan, tentunya selayaknya disambut dengan
baik di berbagai kalangan di masyarakat.
Namun, akan sangat disesali jika masyarakat dunia dijadikan sebagai ajang kompetisi dari para super jenius
yang berlomba memproduksi artificial
intellegence dengan pembaharuan yang terus menerus tanpa mempertimbangkan
dampak terhadap kemanusiaan. Sejatinya, manusialah
yang harus tetap memegang kendali atas
peradaban manusia.
Digital Economy
Ada tiga tahapan
digitalisasi, sebagai berikut:
Seperti yang dikutip oleh Kustiwan (2017), bahwa
Farid Subkhan, profesional di bidang marketing
dan smart city menyatakan bahwa ada tiga tahap digitalisasi:
1. Tahap Digitalisasi 1.0,
teknologi sebatas menghitung atau mendokumentasi sehingga memudahkan
pengambilan keputusan.
2. Tahap Digitalisasi 2.0,
teknologi sudah terhubung satu sama lain sehingga menjadimedia sosial untuk
bersosialisasi.
3. Tahap Digitalisasi 3.0,
teknologi memberikan akses bagi publik untuk berpartisipasiaktif memberi
tanggapan dan respon.
Komentar